Belum lama ini majalah Rolling Stone Amerika mengeluarkan
daftar 100 drummer terbaik sepanjang masa. Di halaman Facebooknya, Rolling
Stone Indonesia meringkas daftar tersebut menjadi 10 drummer saja. Si admin pun
memberi pertanyaan: “Drummer favorit lo yang mana?”. Beragam komentar pun
bermunculan dan menimbulkan polemik.
Senin, April 25, 2016
Rabu, Desember 16, 2015
Tren Rambut Ber-Pomade dan Kaitannya dengan Konspirasi Ultra Nasionalis
Akhir-akhir ini sering kita jumpai anak-anak muda berambut kelimis memakai pomade dengan rambut bagian samping dan belakang dibuat tipis. Ya, itulah gaya rambut undercut yang dihasilkan banyak barber shop kekinian yang menjamur di tiap sudut kota.
Rabu, Oktober 28, 2015
Twitter, apakah kau masih hidup?
Gue perhatikan emang
eksistensi Twitter di dunia media sosial semakin berkurang. Setiap buka
Twitter, cuma sedikit teman-teman gue yang update, agaknya mereka lebih sibuk nge-Path
atau nge-Facebook. Dan saat gue meeting di kantor untuk menentukan media apa
yang dipakai sebagai sebuah kampanye iklan digital, Twitter dipandang sebelah
mata. Instagram dan Facebook lebih menjadi preferensi rekan-rekan sejawat gue.
Gue jadi berasa tua sendiri karena masih menganggap Twitter sebagai media
sosial yang masih hip.
Kamis, Mei 28, 2015
Drum Talk
Drum Talk, alias ngemeng2 soal drum. Kenapa drum? Ya, karena (ternyata) gue seorang drummer. Ehuehueuhu...kenapa pake "ternyata"? Karena sebenernya gue malu menyebut diri seorang drummer, lantaran skill yang pas-pasan. Malu sama drummer-drummer yang super jago, kayak Echa, Eno, Eet (oh, itu mah gitaris ya?), dan banyak lagi lah.
Selasa, Desember 23, 2014
Pasca-Pilpres 2014: Saatnya Kembali ke Bumi
Luar biasa memang Pemilu 2014 ini, terutama pada tahap Pemilihan Presiden. Sampai detik gue menulis tulisan ini, gaungnya masih terasa. Dan bisa-bisa sampai puluhan atau ratusan tahun akan tetap ada. Hebat.
Melihat kondisi masyarakat yang terpolarisasi menjadi dua kubu ini, gue langsung teringat dengan kondisi di Amerika Serikat, yaitu 'pertempuran' abadi antara Republican dan Democrat. Walau sepertinya jumlah mereka yang apatis alias Golput jauh lebih banyak, tapi perdebatan antara kubu Republican dan Democrat cukup gaduh, yang ujung-ujungnya berantem. Sama kan, kayak disini antara kubu Jokowi dan Prabowo?
Melihat kondisi masyarakat yang terpolarisasi menjadi dua kubu ini, gue langsung teringat dengan kondisi di Amerika Serikat, yaitu 'pertempuran' abadi antara Republican dan Democrat. Walau sepertinya jumlah mereka yang apatis alias Golput jauh lebih banyak, tapi perdebatan antara kubu Republican dan Democrat cukup gaduh, yang ujung-ujungnya berantem. Sama kan, kayak disini antara kubu Jokowi dan Prabowo?
Langganan:
Postingan (Atom)