Gue perhatikan emang
eksistensi Twitter di dunia media sosial semakin berkurang. Setiap buka
Twitter, cuma sedikit teman-teman gue yang update, agaknya mereka lebih sibuk nge-Path
atau nge-Facebook. Dan saat gue meeting di kantor untuk menentukan media apa
yang dipakai sebagai sebuah kampanye iklan digital, Twitter dipandang sebelah
mata. Instagram dan Facebook lebih menjadi preferensi rekan-rekan sejawat gue.
Gue jadi berasa tua sendiri karena masih menganggap Twitter sebagai media
sosial yang masih hip.
Gue gak sepenuhnya setuju
dengan artikel itu, karena perilaku abusif itu gak monopoli milik Twitter.
Facebook dan YouTube juga menjadi media untuk “nyampah”. Instagram juga menjadi
ajang jualan seperti halnya MySpace dulu. Hanya Path mungkin yang keliatannya masih sesuai dengan "kodratnya", walau beberapa orang pun suka nyampah. Jadi bagaimana?
Faktanya emang penggunaan
Twitter gak serame dulu. Orang-orang yang ingin berbagi hal personal lebih suka
menggunakan Path atau Facebook. Twitter gue perhatikan lebih digunakan untuk
mencari info atau berita terkini. (Reddit sebenernya lebih tepat untuk ini, tapi
Twitter kayaknya lebih praktis). Jadi gak heran kalo Twitter kebanyakan berisi
komentar atas sebuah berita yang muncul di timeline.
Dan entah kenapa, Twitter
juga menjadi ajang beberapa orang untuk memberi info yang lumayan panjang, yang
dikenal dengan sebutan “kultwit”. Padahal ini bisa lebih efektif kalo dilakukan
melalui Blog. Nah, mumpung Blog kesebut, mari kita bahas juga. Twitter agaknya punya
nasib seperti Blog. Dulu orang punya banyak waktu untuk update Blog, tapi karena
disibukkan dengan media sosial yang lain, mereka merasa lebih praktis
menggunakan Twitter untuk mengutarakan pendapatnya (makanya Twitter disebut
juga sebagai “micro-blogging”). Jadi Twitter yang dulu menjadi “the
Blog-killer”, kini pun terbunuh oleh Path, Facebook, Instagram, dll. Agaknya
Twitter kena karma :P
Jadi apakah Twitter layak
dikubur? Gue sendiri masih enjoy pake media ini. Selain untuk mencari info, gue
rasa Twitter gak segaduh Facebook atau Path yang bisa berbalas komentar sampai
ratusan. Batas 144 karakter memaksa pengguna Twitter menjadi lebih to the
point, ringkas. Selain itu, ketika seseorang berkomentar di Twitter, itu lebih
seperti sebuah statement, yang (sebenarnya) nggak memerlukan respon yang
panjang. Soal hip atau nggak, ya agaknya Twitter mulai ditinggalkan anak-anak
muda. Snapchat, yang sampe sekarang gue belum pernah coba, agaknya menjadi
alternatif yang hip banjeuts. Selain tentu Path yang konon lebih private, dan
Instagram untuk mencari gambar-gambar lutcu sambil iseng belanja.
Twitter menurut gue, menjadi
tempat orang-orang sedikit lebih serius, kontemplatif, mencari info terkini,
nggak ngegosip, nggak gaduh, well kecuali ketika ada twitwar atau perang hestek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar