Tampilkan postingan dengan label iklan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label iklan. Tampilkan semua postingan

Jumat, Februari 26, 2010

Sibukmasokis

Budi Rahardjo bilang di blognya, kalo blog bisa menjadi alat ukur kesibukan. Semakin sibuk, semakin jarang artikel yang ia tulis. Kejadian yang sama gue alami. Blog gue yang satu lagi, Da Review, (sampai tulisan ini diturunkan) terakhir di-update adalah tanggal 15 November 2009! Blog ini bisa mendingan (update terakhir 14 Februari), karena isinya curhatan doank, ga perlu riset-meriset dulu kayak Da Review. Walau review gue ujung2nya opini pribadi, tapi ga asik donk kalo ga didukung data2 yang valid? Ga adil juga bwat para kreator yang karya2nya gue celotehi.

Selasa, Juli 21, 2009

Orang Iklan = Konsumtif?

Orang iklan yang dimaksud di sini adalah mereka yang bekerja di advertising agency dan semacamnya. Entah sebagai Tim Kreatif atau Account, orang2 ini mengetahui hal2 seputar kampanye, promosi, branding, marketing, positioning, dan segala tetek bengeknya.

Gue mengamati banyak orang iklan yang konsumtif, artinya mengkonsumsi produk secara berlebihan, mengikuti mode secara membabi-buta, tanpa memperhitungkan kemampuan finansialnya. Orang iklan yang konsumtif bisa disamakan dengan pengedar narkoba yang jadi junkie. Pengedar semacam ini ga akan bisa jadi mafia kelas kakap, wong barang dagangannya dihabisin sendiri.

Selasa, Juli 14, 2009

Pemilihan Presiden, Iklan, Branding, dan Semacamnya

Pertama-tama kita mari kita syukuri karena pemilihan presiden kemarin berjalan damai. Walau beberapa pihak menyuarakan protes atas kekurangan dan kecurangan di sana-sini, mayoritas masyarakat sepertinya adem-ayem aja. Semoga ini bukan tanda apatisme, melainkan cerminan dari stabilnya suhu politik negara kita. Huru-hara protes hasil pemilu sepeti di Iran pun nggak kejadian. Amit-amit.

Rabu, Juni 11, 2008

Too Much Research Will Kill You

Ya, silakan riset sendiri kalo ga setuju dengan headline di atas. Gue gak seratus persen anti riset, cuma untuk beberapa kasus, riset nggak diperlukan. Contohnya nih, ada sebuah produsen plester yang ingin tau performa brandnya. Dari riset yang gue yakin muahal itu, ditemukan fakta bahwa desain plester mereka yang cuma berisi tulisan doang kalah menarik dibandingkan kompetitornya, yang desainnya bergambar (misalnya) Harry Potter. Duuuhhh….nenek-nenek (sori, nek!) juga tau kalo gambar Harry Potter lebih menarik daripada tulisan yang paling funky sekalipun. Apalagi kalo si Harry Potter itu bisa loncat-loncat keluar. Gue yakin penjualannya pasti meroket! (Meroket trus ancur, maksudnya).

Kamis, September 06, 2007

Republik Indisipliner

Belom lama ini kantor gw dilanda huru-hara. Bukan kerusuhan atau pemecatan massal, tapi ada komplain dari kantor regional (gw bekerja di sebuah advertising agency multinational, jadi kerap berurusan dengan kantor regional yang berlokasi di Singapura). Komplainnya adalah hasil kerjaan dari Jakarta ga pernah menuruti guideline yang udah dibuat kantor pusat. Kalo dibandingkan kantor2 cabang negara lain, katanya Indonesia totally missed it! Kalo di negara lain mungkin salah satu-dua, maka di Indonesia salah kaprah...Halah! Dalam dunia advertising, hal ini cukup membuat gerah, dan bisa mengakibatkan kerusuhan atau pemecatan massal. Somehow, kenyataan ini gak terlalu mengejutkan bwat gw. Krn gw melihat dengan mata kepala sendiri, bahkan melakukan sendiri (!) berbagai macam pelanggaran guideline. Gw dan teman-teman di kantor melakukan tindakan indisipliner ini tidak sepenuhnya keinginan sendiri, tapi akibat tekanan klien yang tak kalah indisipliner. Lalu kenapa kita menuruti saja kemauan klien yang jelas2 bertentangan dengan guideline? Nah, kalo ini berkaitan juga dengan rasa inferioritas dan ketidakpedulian. Hmm...tambah ribet. Bodo ah!