Jumat, September 07, 2007

How would that make you feel?

"How would that make you feel?", adalah landasan dari kebijakan politik Barack Obama. Calon presiden Amerika dari Partai Demokrat ini selalu menanyakan hal tersebut sebelum memutuskan sesuatu. Sangat masuk akal. Pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada Pemerintah Indoensia berkaitan dengan kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia. Gimana rasanya kalo ELO yang dipukul tanpa alasan yang jelas? Permintaan maaf jelas ga cukup kan? Pelaku pemukulan harus dihukum setimpal! Kalo kebijakan "How would that make you feel?" ini diterapkan dengan benar di Indonesia pasti ga bakal ada kesewenang-wenangan, pelanggaran HAM, genosida, dll. Hmm...siapa sangka iseng2 nonton acara Oprah bisa membukakan mata hati.

Kamis, September 06, 2007

Republik Indisipliner

Belom lama ini kantor gw dilanda huru-hara. Bukan kerusuhan atau pemecatan massal, tapi ada komplain dari kantor regional (gw bekerja di sebuah advertising agency multinational, jadi kerap berurusan dengan kantor regional yang berlokasi di Singapura). Komplainnya adalah hasil kerjaan dari Jakarta ga pernah menuruti guideline yang udah dibuat kantor pusat. Kalo dibandingkan kantor2 cabang negara lain, katanya Indonesia totally missed it! Kalo di negara lain mungkin salah satu-dua, maka di Indonesia salah kaprah...Halah! Dalam dunia advertising, hal ini cukup membuat gerah, dan bisa mengakibatkan kerusuhan atau pemecatan massal. Somehow, kenyataan ini gak terlalu mengejutkan bwat gw. Krn gw melihat dengan mata kepala sendiri, bahkan melakukan sendiri (!) berbagai macam pelanggaran guideline. Gw dan teman-teman di kantor melakukan tindakan indisipliner ini tidak sepenuhnya keinginan sendiri, tapi akibat tekanan klien yang tak kalah indisipliner. Lalu kenapa kita menuruti saja kemauan klien yang jelas2 bertentangan dengan guideline? Nah, kalo ini berkaitan juga dengan rasa inferioritas dan ketidakpedulian. Hmm...tambah ribet. Bodo ah!