Minggu, Januari 03, 2010

R.I.P The Gusfather

Berita meninggalnya Gus Dur pada tanggal 31 Desember 2009 kemarin emang cukup mengejutkan. Tapi yang bikin gue lebih takjub adalah begitu banyaknya ekspresi duka cita yang muncul di media massa. Praktis setelah wafatnya beliau, tiap halaman koran dan siaran TV dibanjiri ucapan bela sungkawa.

Mengapa mengherankan? Karena semasa hidupnya cukup banyak pula orang yang mencaci Gus Dur. Ia disebut sebagai agen Yahudi, CIA, kiai buta, dlsb. Coba, berapa banyak guyonan tentang kebutaan Gus Dur yang diceritakan tanpa rasa bersalah?

Jumat, November 13, 2009

Greedy Dad Modest Dad

Mungkin (mungkin lhoo...) pada dasarnya sifat orang bisa dibagi dua: yang tamak dan yang sederhana. Agama sepertinya mengajak kita pada yang kedua. Tapi seberapa sederhanakah? Dan benarkah manusia harus puas dengan apa yang dipunya tanpa ada keinginan untuk menambah lagi?

Tinggal di kota besar seperti Jakarta mau gak mau kebanyakan dari kita terseret ke kubu tamak. Menjadi konglomerat, punya 5 mobil, apartemen mewah, dan kapal pesiar agaknya jadi aspirasi setiap orang. Nggak, gue nggak punya itu semua dan terus terang mungkin gue blom siap berjibaku untuk meraih semuanya. Tapi impian itu tetap ada.

Sabtu, Oktober 31, 2009

Ziarah, Menggambar, Takhyul dan Mbah Yul

Waktu Jumatan kemaren, sang khotib bicara soal ziarah makam. Katanya dulu, ziarah makam itu nggak diperbolehkan karena takut mengundang syirik. Kemudian pada perkembangannya, di saat syiar Islam udah makin luas dan pemahaman masyarakat sana udah lebih rasional, ziarah itu malah dianjurkan. Gunanya untuk mendoakan arwah dan juga sebagai peringatan kalo suatu saat kita pun akan terbaring di liang lahat.

Selasa, Oktober 27, 2009

Liga Primer Inggris: Kesenjangan Sosial Yang Menggelikan

Gue masih dalam suasana berduka waktu menulis ini usai melihat tim kesayangan gue, Blackburn Rovers digulung Chelsea, 5 gol tanpa balas. Gue setengah setuju dengan para komentator yang bilang malam itu Rovers nggak bermain dengan determinasi alias patah semangat, beda dengan jaman kepelatihan Mark Hughes, apalagi era kejayaan Alan Shearer.

Minggu, Agustus 30, 2009

What Is It With English-Speaking Radio DJs?

Hey, it’s fine if you’re working in UK or USA. But this is Indonesia. Maybe the songs are in English, but your audience is Indonesian. So speak bloody Indonesian, you fools! It’s not so irritating if you can speak English fluently, but you speak it like a drunken fuck.

You’re not impressing anyone. Any “bule” will laugh at your attempt to sound like them. Be honest. Talk like you’d normally talk with your friends. Your “normal” friends.