Sabtu, Oktober 31, 2009

Ziarah, Menggambar, Takhyul dan Mbah Yul

Waktu Jumatan kemaren, sang khotib bicara soal ziarah makam. Katanya dulu, ziarah makam itu nggak diperbolehkan karena takut mengundang syirik. Kemudian pada perkembangannya, di saat syiar Islam udah makin luas dan pemahaman masyarakat sana udah lebih rasional, ziarah itu malah dianjurkan. Gunanya untuk mendoakan arwah dan juga sebagai peringatan kalo suatu saat kita pun akan terbaring di liang lahat.


Gue jadi berpikir. Kalo hukum ziarah bisa berubah, mengapa dalam urusan berkesenian tidak? Seperti kita ketahui, banyak ulama yang mengharamkan instrumen musik bersenar (spt gitar) dan juga penciptaan gambar atau patung makhluk hidup. Gue akan konsen membahas gambar-menggambar ini karena lebih dekat dengan dunia gue.

Beberapa alasan pelarangan menggambar makhluk hidup ini cukup absurd. Katanya di akhirat, kita bakal disuruh menghidupkan makhluk hidup yang kita gambar itu karena mencoba menyaingi kemampuan Allah dalam mencipta. For start, waktu menggambar, gue ga ada niatan sama sekali untuk menyaingi Allah menghidupkan makhluk yang gue gambar. Gue menggambar untuk menginformasikan sesuatu dengan jelas, untuk berekspresi, mengutarakan isi otak gue, dll, tapi yg jelas NOT PLAYING GOD.

Dulu kuda masih ngegigit besi. Sekarang, mungkin kudanya udah main BlackBerry. The world's changing, music's changing, even drugs are changing. You can't still do heroin and listen to Ziggy Pop. (Forgive my politically incorrect reference). Maksud gue, kita ga bisa berpikir dunia masih seperti dulu. Nanti masyarakat dan kebudayaan ga akan maju2. Dan ratusan juta seniman berbakat akan selamanya hidup dengan perasaan bersalah.

Larangan menggambar makhluk hidup memang ga sepenuhnya buruk. Berkatnya, kita bisa melihat seni kaligrafi dan seni abstrak geometri yang indah. Ini adalah sebuah cara berkesenian "Islami" yang cerdas. Ya, kalo karya seni ini diletakkan di mesjid sih cocok2 aja, bahkan harus! Mesjid kan mesti steril dari berbagai distraction untuk fokus kepada Allah. Tapi apakah lantas di luar mesjid harus seperti itu juga? I beg to differ.


Contoh...dalam kerjaan "nista" gue (membuat iklan), dikenal istilah storyboard. Itu adalah kumpulan gambar yang disusun dalam panel2 (seperti komik) untuk menggambarkan cerita/konsep iklan sebelum di-shoot oleh sutradara menjadi film iklan. Storyboarding sangat bermanfaat, karena kita bisa menilai apakah flow ceritanya sudah enak atau apakah ada elemen yang perlu ditambahkan/dikurangi. Kesepakatan antara klien dan biro iklan/production house bisa dicapai dalam tarap storyboard sehingga hasil shooting ga akan melenceng jauh. Ini adalah efisiensi yang sangat nyata.

Oke....mungkin industri iklan contoh yang buruk. Hanya para pembual/penipu yang kerja di sana tokh? Tapi bagaimana dengan dunia kedokteran atau pendidikan. Gambar2/ilustrasi sangat diperlukan untuk memberi informasi dengan jelas atau memberi pengenalan pada anak2. Ya, sekarang memang ada fotografi. Tapi apa iya kita harus mengharamkan Barney atau Sesame Street?

Jaman Nabi dulu, mungkin gambar makhluk hidup amat dekat dengan syirik. Patung sapi atau Firaun kerap disembah sebagai Tuhan. Tapi kini? Berhala itu udah berubah bentuk menjadi uang, tahta, status sosial, Facebook, blog (!), Twitter, BlackBerry, dan macem2. Ibaratnya, kalo patung Pancoran dihancurkan seperti halnya Nabi Ibrahim menghancurkan patung2 sesembahan, orang2 ga akan seheboh kalo internet dicabut dari muka bumi ini.

Tidak ada komentar: