Selasa, Juli 21, 2009

Orang Iklan = Konsumtif?

Orang iklan yang dimaksud di sini adalah mereka yang bekerja di advertising agency dan semacamnya. Entah sebagai Tim Kreatif atau Account, orang2 ini mengetahui hal2 seputar kampanye, promosi, branding, marketing, positioning, dan segala tetek bengeknya.

Gue mengamati banyak orang iklan yang konsumtif, artinya mengkonsumsi produk secara berlebihan, mengikuti mode secara membabi-buta, tanpa memperhitungkan kemampuan finansialnya. Orang iklan yang konsumtif bisa disamakan dengan pengedar narkoba yang jadi junkie. Pengedar semacam ini ga akan bisa jadi mafia kelas kakap, wong barang dagangannya dihabisin sendiri.


Udah nonton film American Gangster garapan Ridley Scott? Orang iklan sebaiknya berperilaku seperti Frank Lucas (diperankan Denzel Washington), seorang mafia papan atas yang penampilannya dari luar seperti businessman pada umumnya, nggak aneh2. Perilakunya pun cenderung sopan, sehingga masyarakat dan bahkan musuhnya segan. Tentu ia sesekali memakai narkoba, tapi nggak pernah menjadi junkie.

Orang iklan yang norak bisa disamakan dengan karakter Nicky Barnes (Cuba Gooding Jr.) yang hidupnya berfoya-foya, glamor, sangat konsumtif. Seperti ungkapan tong kosong nyaring bunyinya, orang2 semacam ini sama sekali nggak berisi. Orang iklan yang konsumtif akan menjadi tertawaan karena jauh dari kesan bahwa ia adalah pencipta konsumerisme tersebut. Bahkan sebaliknya, ia yang menjadi “korban mode”.

Orang iklan seharusnya kebal terhadap image building yang dibangun oleh berbagai brand. Nggak ada yang salah dengan image building, cuma orang iklan seharusnya bisa melihat mana yang cuma gimmick, akal2an produsen untuk mencurangi konsumen, dan mana image yang tulus. Sangat menyedihkan kalau orang iklan tertipu dengan iklan yang menyesatkan. Contoh paling mudah adalah gue sendiri yang pernah ketipu dengan foto hamburger yang kelihatannya begitu besar dan appetizing. Padahal, bentuk aslinya lebih kecil dan nggak menarik. Gue yang tau sedikit soal fotografi dan Photoshop harusnya lebih aware akan hal ini.

Memang benar orang iklan harus selalu up to date dengan apa yang trend saat ini, harus dekat dengan target audience dari produk klien atau kompetitor. Tapi bukan berarti kita harus mencoba semua produk yang tersedia di pasar! Bagus kalo dibayarin kantor, tapi kalo gaji kita cuma cukup untuk gaya hidup kelas B-C gimana? Ga ada gunanya maksain diri punya Blackberry, Ferrari atau Lamborghini kalo emang belom mampu. Kita toh bisa tau trend atau produk itu melalui sumber2 lain, seperti majalah, TV, internet, ngobrol langsung dengan pengguna, dll. Jadi mengamati trend itu wajib, menciptakan trend itu pahalanya berlipat ganda, sedangkan jadi korban trend adalah lelucon.

Menjadi korban trend/ korban mode adalah ciri manusia yang tidak kreatif. Alangkah baiknya kalo orang iklan mempunyai kreasi di luar pekerjaannya sebagai pembuat iklan. Fotografi, membuat film pendek, melukis, dll., jauh lebih positif daripada sekedar mengkonsumsi apa yang udah ada.







Tidak ada komentar: