Rabu, Juni 11, 2008

Too Much Research Will Kill You

Ya, silakan riset sendiri kalo ga setuju dengan headline di atas. Gue gak seratus persen anti riset, cuma untuk beberapa kasus, riset nggak diperlukan. Contohnya nih, ada sebuah produsen plester yang ingin tau performa brandnya. Dari riset yang gue yakin muahal itu, ditemukan fakta bahwa desain plester mereka yang cuma berisi tulisan doang kalah menarik dibandingkan kompetitornya, yang desainnya bergambar (misalnya) Harry Potter. Duuuhhh….nenek-nenek (sori, nek!) juga tau kalo gambar Harry Potter lebih menarik daripada tulisan yang paling funky sekalipun. Apalagi kalo si Harry Potter itu bisa loncat-loncat keluar. Gue yakin penjualannya pasti meroket! (Meroket trus ancur, maksudnya).


Tapi lelucon ga berakhir di situ. Sang periset yang konon lulusan Harvard jurusan Cicahem-Ciroyom, memberi anjuran kepada produsen plester ternama tersebut untuk MENIRU desain kompetitor dengan memperbaiki kualitas produknya. Meniru desain? OMG! Dari kecil pun kita udah diberi tahu kalo mencontek itu tidak baik. Ini si tukang riset malah menyuruh kita mendurhakai perintah orang tua.


Moral of the story is
kita harus bijaksana dalam hal riset-meriset ini (taela….). Data yang muncul harus diolah secara kreatif sehingga bisa muncul inovasi baru, bukannya mengikuti apa yang udah ada. Dan kadang2 kita harus berani untuk mengikuti naluri walau berlawanan dengan hasil riset. Karena bisa jadi ide kita begitu orisinil, sehingga belum ada metode yang tepat untuk mengukurnya. Akhir kata, Beriset-riset ke hulu, berenang-renang ke tepian…

Tidak ada komentar: