Sabtu, September 24, 2011

Indonesia Negara Spakbor

Baru-baru ini gue terlibat dalam sebuah kecelakaan motor. Tepatnya gue yang nabrak motor orang. Untungnya gak ada yang cedera, hanya spakbor (bener ga sih ejaannya?) motor orang itu aja yang somplak (ini bahasa apa ya?).


Kejadian berawal saat gue sedang mengendali motor dengan kencangnya disebabkan gue udah telat ngantor. Dengan mental ingin cepat sampai tujuan, motor gue dipaksa berhenti gara-gara di depan ada mikrolet keparat yang lagi nurunin penumpang. Jadi gue mencoba sabar menunggu  penumpang dan sang sopir itu kelar bertransaksi. Dan entah kenapa itu transaksi nggak kelar-kelar.

Akhirnya gue memutuskan untuk melewati mikrolet itu. Dan...brakk!! Gue merasa motor gue mengenai suatu benda, dan benda itu--yang ternyata motor--menyerempet benda-benda (motor-motor) lainnya. Oleng, sebelum akhirnya berhenti. "Yah, apes deh..." batin gue.


Hanya motor yang gue tabrak itu yang berhenti. Motor-motor lain yang terserempet mah terus jalan karena mungkin udah sering keserempet. Orang yang gue tabrak itu pun menghampiri gue. Gue perhatikan jalannya normal, jadi gak cedera. Tampangnya seperti mang2 kebanyakan. Karena dia lagi membawa kabel, jadi gue duga kerjanya berhubungan dengan tv (tv kabel?). Dan argumen pun dimulai. Gue sebagai pihak yang setengah bersalah cuma bisa pasrah. Gue emang dengan pedenya gak liat spion dan gak ngasih sen waktu mau ngelewatin mikrolet yang sopirnya sebenernya juga bersalah atas kejadian ini.


Untungnya itu mang2 nggak macem2. Dia cuma bingung karena spakbor motornya rusak, padahal itu bukan motor miliknya. Gue kasih duit, dia nolak. Dia ngajak untuk bareng2 nyari spakbor di toko onderdil motor terdekat. Sampai di sana, barangnya lagi kosong. Setelah nanya harganya, gue kasih tuh duit ke si mang2 supaya beli spakbor sendiri. Bolak-balik dia nanya, ikhlas nggak nih gue ngasih. Trus dia agak nggak enak nerima karena duitnya gue lebihin.


The moral of the story is...
1. Jangan pernah terburu-buru dalam berkendara
2. Sebisa mungkin jangan berada di belakang mikrolet/angkot/metromini/bis keparat
3. Masih ada orang jujur (atau polos) di Jakarta
3. Gue amat sangat sangat beruntung. Ya, coba aja kalo si mang2 itu mo meres gue, bisa aja kan? Atau kalo seandainya kejadian ini di Amerika, yang punya budaya tuntut menuntut. Gue bisa dituntut habis-habisan karena selain bikin rusak motor orang, juga bikin orang tersebut trauma karena kecelakaan. Nah, biasanya biaya trauma ini yang di-mark up oleh sang penuntut. Bisa jutaan dollar kale. Tapi untung gue di Indonesia. Yang walaupun semrawut, lalu lintas kacau, tingkat pendidikan rendah, tapi orang2nya cenderung nyantai dan ga terlalu perhitungan. Indonesia, negara dimana nyawa dinilai sama dengan seonggok spakbor...








Tidak ada komentar: