Minggu, April 10, 2011

Megang Anak Magang Gampang-Gampang Susah?

Kita semua akrab dengan anak magang. Bahkan, kita pun pernah menjadi anak magang. Tapi mengapa kita sering mengacuhkan, memperlakukan mereka seperti anak tiri? Padahal jelas-jelas namanya anak magang, bukan anak tiri!

By the way, gue akan spesifik ngomongin anak magang di advertising agency, tapi syukur-syukur kalo dirasa dekat dengan bidang yang lain. Oh ya, anak magang juga boleh baca, lho. Yuk, maree…


Di Amrik sono (dari yang gue baca), persoalan anak magang juga jadi topik diskusi yang menarik. Perdebatannya adalah: perlukah anak magang digaji, dan kalo perlu berapa banyak? Karena banyak kasus dimana perusahaan nggak membayar sesen pun anak magang karena dianggap belum profesional. Padahal, bisa jadi anak-anak magang itu memberi kontribusi yang lumayan bagi keuntungan perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang memberi imbalan ala kadarnya--biasanya dalam bentuk uang makan dan transport--ini lumayan jarang. Tapi ada juga perusahaan yang memberi imbalan layak. Nah, kalo ini benar-benar langka seperti halnya Badak Jawa.

Mengapa anak magang sering ditindas? Magang atau Kerja Praktek adalah mata kuliah wajib sebelum mahasiswa bisa mengerjakan Tugas Akhir. Mereka akan bekerja selama 1 sampai 3 bulan di perusahaan pilihannya. Selain ikut bekerja seperti karyawan yang lain, mahasiswa magang juga harus mengetahui sedikit profil perusahaan; seperti sejarah, struktur organisasi, dll untuk dijadikan sebuah laporan. Jadi Magang/Kerja Praktek adalah program universitas yang “bekerjasama” dengan pihak advertising agency. Kenapa kata “bekerjasama” gue beri tanda petik? Karena pihak universitas menyerahkan sepenuhnya keputusan diterima/tidaknya mahasiswa mereka kepada agency. Tanpa dukungan universitas, posisi mahasiswa jadi lemah karena punya keharusan untuk diterima di advertising agency yang nggak terlalu butuh anak magang.

Profesionalisme
Harus diakui mayoritas anak magang belum punya skill yang cukup untuk terjun langsung ke dunia kerja. Ini sebenernya salah universitas yang kurikulumnya kurang di-update dengan kebutuhan industri. (Hayoo…ngaku, hai para dosen!) Kalo emang nggak mau merubah kurikulum, mbok ya dibantu itu mahasiswanya supaya bisa diterima di agency. Jadi benar-benar melakukan kerjasama dengan perusahaan, gitu.

Attitude
Pernah ketemu dengan mahasiswa magang yang gayanya sotoy? Nah, ini sebenernya buah dari kampus-kampus advertising yang menekankan pada “konsep”. Tujuannya mungkin mulia, dengan berpikir konseptual, diharapkan lulusan dari universitas itu bisa memberi pembaruan di industri yang sudah terformulasi. Tapi coba kita lihat kenyataan di dunia kerja. Menurut lowch, para profesional dengan pengalaman tahunan di adverstising agency multinasional mau dengar teori-teori “mutakhir” dari seorang anak magang dengan pengalaman nol besar? No way man, mereka lebih butuh tipe pekerja yang sedikit cakap banyak bekerja.

Bukan berarti teori yang dipelajari mahasiswa itu salah, tapi advertising adalah soal kepercayaan. Termasuk dalam internal agency. Sebagus apapun teori itu, kalau keluar dari mulut seorang anak magang, agak-agak diragukan. Jadi apakah anak magang yang berkonsep harus mengunci mulutnya rapat-rapat? Tentu tidak. Berikan argumentasi lo seartikulatif mungkin kalo ada kesempatan. Kalo nggak didengerin, ya udah, jangan ngotot. Tapi saran gue adalah, kurangi bacot dan titik beratkan pada pekerjaan operasional bukannya strategis/konseptual (baca: actual work). Buktikan dulu kalo lo bisa bekerja dengan keras, cepat, dan pintar. Jadi hey, art directors magang, jangan malas ngulik Photoshop dan bikin sket. Copywriters, carilah itu tagline sampai 100 biji dan jangan lupa bikin copy buat brosur. Oh, dan bertanyalah (dengan sopan) sama kakak-kakak di kantor.

Jadi gimana donk?
Kalo nggak mau mahasiswanya makin termarjinalkan, universitas harus membenahi diri agar menghasilkan mahasiswa yang benar-benar dibutuhkan industri. Mereka harus merekrut dosen-dosen yang punya pengalaman kerja yang bagus di advertising, membenahi fasilitas, dan menyusun kurikulum yang mutakhir.

Advertising agency sebaiknya punya program khusus untuk anak magang. Selain dilibatkan dalam proyek harian, anak magang diberikan semacam pelatihan/workshop. Soal imbalan, Kalau perusahaan nggak bisa memberi sama sekali, paling nggak berikan fasilitas yang memadai, seperti komputer dan tempat duduk. Tapi yang lebih penting sebenarnya adalah penghargaan non-materi, alias respek.






4 komentar:

Unknown mengatakan...

wow... lumayan sekali pernyataannya, siap-siap mental buat internship akhir semester ini. semestinya di ads agency, tapi kalau gak dapat ya di company lain. tapi kerja di manapun sama, yang penting attitude tadi kan. Thx!

Punkdhut mengatakan...

thanks juga and good luck!

Anonim mengatakan...

wah kayanya penulisnya kerja di agency juga nih ya? :D
copywriter ya? tulisannya enak dibaca dan gampang dipahamin nih ;)

BTW thanks ya infonya, berguna bgt ni :)

Punkdhut mengatakan...

gw art director yang copy-based. hehe...